KECEWA
Hidup memang tak melulu, bahkan hampir setiap saat tidak akan sesuai kehendak kita. Apa yang kita inginkan sering berbeda dengan apa yang Allah SWT takdirkan. Sebagai seorang hamba, apapun yang Allah SWT takdirkan ke kita baiknya selalu kita syukuri. Alhamdulillah. Baik itu takdir yang baik maupun takdir yang tidak sesuai dengan pengharapan kita. Asalkan itu dari Allah SWT mari kita bersyukur.
Ada keuntungan atau manfaat yang kelak akan kita rasakan kalau kita selalu bersyukur. Sering terjadi manfaatnya tidak terasa saat takdir itu tiba. Kita akan merasakan manfaat tersebut melalui perenungan kilas balik yang kita lakukan sendiri. Mari kita coba lihat contoh di mana kita sering mempertanyakan atas banyak takdir yang kita dapatkan. Salah satunya ketika kehilangan sesuatu, kita ambil contoh uang. Uang yang hilang akan membuat kita sedih dan bingung. Lambat laun hal tersebut mulai dapat kita maklumi sebagai ujian. Di fase itu, setelah kejadian tersebut terlewati kita akan menyadari bahwa apa yang hilang itu tidak seberapa jika dibandingkan dengan apa yang kita dapatkan selama ini, jika kita mau berpikir. Bahkan melalui beberapa pengalaman sering kita mendapatkan uang yang lebih banyak dari yang hilang setelahnya atau barang yang bernilai lebih tinggi dari nilai uang yang hilang. Menjadi hal yang penting bagaimana cara kita bersikap dan berpikir untuk mengetahui hikmah dari Allah SWT.
Berbeda dengan orang yang malas untuk bersyukur, malas untuk bersikap positif dan berpikir mengenai takdir Allah SWT. Terkesan menilai orang lain buruk, tapi tulisan ini ditujukan kepada diri saya sendiri dan orang-orang yang mau bersepakat dengan tulisan ini. Jadi, kalau ada orang yang merasa tidak setuju silakan saja. Tulisan ini artinya tidak untuk anda.
Baik kita kembali lagi. Apabila kita mengambil sikap negatif dan malas untuk bersyukur dan berpikir, maka hidup yang akan kita lewati selanjutnya akan "berhenti di tempat". Berhenti di tempat ini maksudnya adalah tidak ada kedewasaan dan kesadaran yang tumbuh di dalam diri kita. Cenderung kita akan menyalahkan banyak pihak. Semua ini karena si A, si B, dan seterusnya. Paling bahaya kalau sampai kita pada akhirnya berpaling dari Allah SWT. Naudzubillahimindzalik. "Semua ini karena Allah yang tidak berpihak kepadaku." Anggapan yang sangat berbahaya dari kemalasan kita untuk menyadari setelah kesulitan ada kemudahan, dari Allah SWT.
Kecewa ini lingkupnya luas sekali. Kecewa terhadap pemerintahan yang menjabat, kecewa terhadap lingkungan kerja, kecewa kepada teman-teman, dan bahkan kecewa terhadap orang terdekat seperti anak, pasangan, ataupun orang tua. Padahal belum tentu mereka yang salah. Sering kali kita tidak menyadari bahwa diri kitalah yang sebenarnya salah. Lagi pula kecewa adalah milik mereka yang tidak sadar diri.
Saya pernah mengobrol dengan seorang teman menceritaka teman lain yang resign dari tempat ia bekerja. Alasannya karena yang bersangkutan merasa tidak dihargai. Agar kita dapat mengetahui konteks dari teman kami ini, saya akan jelaskan sedikit. Ia adalah seorang pekerja biasa, sama seperti teman mengobrol saya. Tidak memiliki jabatan di tempat kerjanya, bisa dibilang pekerja kelas bawah walaupun terdengar lumayan kasar tentunya. Dari sini kita sudah mengerti posisi dan keadaannya.
Apabila yang bersangkutan resign dengan alasan tidak dihargai tentu ini menjadi hal yang kontradiktif. Bagaimana mungkin seorang pekerja kelas bawah meminta untuk dihargai sedangkan seorang atasan tertinggi bahkan presiden sekalipun banyak yang menghujat. Seorang atasan di suatu instansi belum tentu mendapatkan penghargaan dari semua anak buahnya. Belum tentu. Bahkan sering kita mendengar omongan yang amat kasar di belakang seorang atasan. Entah itu karena cara dia memimpin atau cara dia memperlakukan bawahan dengan tidak baik.
Tugas sebagai pekerja, baik atasan maupun bawahan adalah dengan melakukan pekerjaan dengan hasil yang baik, sesuai dengan bidang dan tanggung jawab masing-masing. Di luar daripada itu memang ada kewajiban untuk semua pekerja untuk menyampaikan hal-hal yang benar. Sampaikan saja apabila dalam praktek pekerjaan yang sedang berlangsung ada kekeliruan. Menjadi tugas semua pekerja apabila menyadari ada kekeliruan dan menyampaikan untuk perbaikan. Baik itu mengenai proses pekerjaan secara langsung atau yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang berlaku.
Apakah dengan menyampaikan sesuatu dengan benar lalu banyak pihak tidak menanggapi, artinya kita tidak dihargai di sana?
Tentu tidak perlu menjadi hal yang terlalu dipikirkan oleh kita sebagai pekerja apabila apa yang kita sampaikan tidak didengarkan oleh orang-orang di sekeliling lingkungan kerja. Tugas kita sudah kita lakukan, yaitu menyampaikan. Terlepas didengarkan atau diacuhkan sudah tidak menjadi tanggung jawab kita. Hal tersebut sudah menjadi tanggung jawab orang lain khususnya atasan yang memiliki wewenang lebih daripada pekerja kelas bawah. Apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan di lingkungan kerja yang akan dimintai pertanggung jawaban adalah atasan di sana. Baik oleh pihak-pihak berkepentingan maupun pertanggung jawaban kepada Allah SWT. Ngeri memang menjadi atasan, tanggung jawabnya besar dan bukan tempat main-main.
Bukannya tidak diperkenankan untuk resign dari tempat kerja, akan tetapi baiknya yakinkan dulu kepada diri sendiri, keluarga, dan teman-teman mengenai keputusan untuk mundur dari tempat kerja. Saya sendiri akan melepaskan pekerjaan apabila antara saya dan tempat kerja sudah tidak sevisi. Visi saya bekerja adalah kebermanfaatan dan saling berbagi kebaikan. Apabila tempat saya kerja sudah terlalu banyak hal-hal negatif yang dapat secera langsung menyeret saya terlibat, di saat itulah saya akan resign dengan catatan sudah mendapat kesepakatan dengan tempat kerja berikutnya.
Hal ini akan menjadi kekecewaan yang besar untuk saya karena sudah tidak sejalan lagi dengan tempat kerja dan mungkin kekecewaan untuk tempat kerja bahwasannya saya tidak bisa diajak bekerja sama -dalam hal negatif- bersama mereka.
Akan sangat sulit apabila kekecewaan yang besar berhubungan dengan keluarga. Setiap orang pasti memiliki kekecewaan terhadap keluarganya masing-masing. Walaupun pasti, saya yakin ada yang baik-baik saja dengan keluarganya. Sayapun, sudah sering mengecewakan keluarga saya. Saya hanya berharap dapat selalu diberi maaf dan memaafkan keluarga saya, terlepas kekecewaan yang kami alami teramat besar satu sama lainnya.
Tentu saja saya tidak akan mebahas secara detail apa yang terjadi di dalam keluarga saya karena tulisan ini tidak bertujuan untuk membuka aib kami satu sama lain.
Hanya saja ada banyak fenomena yang muncul ke permukaan hal layak -terutama di sosial media- seperti; perselingkuhan, perjudian yang mengakibatkan kesulitan ekonomi keluarga, intimidatif orang tua terhadap anak sehingga sang anak memiliki mental health yang terganggu, dan lain-lain. Hal ini menyebabkan keluarga menjadi tidak utuh walaupun mereka tetap memutuskan untuk terus hidup bersama. Yang paling mengerikan adalah perceraian pasangan maupun orang tua.
Semoga kita dijauhkan dari hal-hal yang dapat meruntuhkan harmonisnya keluarga kita.
Comments
Post a Comment