Tulisan Kedua

 Gadget

Seorang ayah akan selalu mengharapkan dan mengusahakan yang baik-baik untuk keluarga yang dipimpinnya, lebih-lebih kepada anak-anak. Di saat ada banyak hal yang menjadi ujian dalam hidupnya, ayah selalu mendahulukan anak-anaknya. Anak-anak adalah harapan paling besar dalam hidup seorang ayah. Ke mana lagi seorang ayah memiliki pengharapan, kecuali, kepada anak-anaknya. Wajar seorang ayah menjadi orang yang sangat khawatir bahkan takut kalau anak-anaknya tidak mendengarkan perkataan dan permintaannya. Sejatinya apa yang ayah katakan dan minta kepada anak-anak hasilnya akan kembali ke anak lagi. Ayah tidak pernah ingin mengambil keuntungan dari anak-anaknya.

Saya adalah seorang ayah, sebagai seorang ayah sama seperti ayah-ayah di luaran sana, saya memiliki kekhawatiran bahkan ketakutan kalau membicarakan mengenai anak-anak. Terkhusus anak perempuan karena dua orang anak saya adalah perempuan semua. Memiliki anak di jaman sekarang memang harus lebih banyak hati-hati dalam merawat, mendidik, dan mengarahkan. Anak saya yang pertama berumur 8 tahun (saat tulisan ini dibuat), amat menyukai gadgetnya. Menonton dan main game di gadget sangat ia gemari.

Sebagai orang tua saya sangat senang melihat anak senang memainkan gadgetnya. Ia tertawa bersama gadgetnya apalagi apabila teman-temannya sudah bergabung dengannya membawa gadget masing-masing. Semakin seru nampaknya mereka bermain. Hanya saja lambat laun saya menyadari perubahan psikis yang dialami anak saya. Anak-anak yang terlalu lama bermain gadget menjadi mudah marah ketika berinteraksi secara langsung. Tidak hanya itu anak-anak menjadi enggan menolong bundanya yang kesulitan mengerjakan pekerjaan rumah. Kalau dimintai tolong marah bahkan menangis.

Saya merasa khawatir terhadap hal yang sedang dialami anak saya. Pada akhirnya pelan dan mengharapkan perbaikan walau tidak signifikan saya dan istri mulai  mengurangi jatah bermain gadget anak kami. Kami lebih senang apabila anak kami bermain dengan teman-temannya tanpa gadget di tangan mereka. Terbukti, anak kami mulai lebih tenang dan dapat berkomunikasi baik dengan saya dan bundanya. Selain dari pada gadget, berikut beberahapa hal yang membuat saya khawatir terhadap tumbuh kembang anak saya/anak perempuan saya.

1. Hanya mementingkan penampilan

Di jaman sekarang hampir semua wanita ingin tampil cantik. Amat manusiawi. Tidak masalah apabila anak-anak juga bercita-cita punya perlengkapan skincare yang lengkap pada saatnya nanti. Saya akan dukung anak-anak kalau mereka mau berdandan di masa yang akan datang nanti. Hanya saja menjadi kekhawatiran saya apabila tidak diimbangi dengan upaya menambahkan ilmu pengetahuan dan mengejar pendidikan.

Kita dapat lihat fenomena anak-anak sekolah saat ini di media sosial yang beredar. Di mana mereka hanya mempertebal makeup namun ditanya beberapa hal yang sangat dasar tidak dapat menjawab dengan baik. Saya rasa ini menjadi hal yang perlu para orang tua waspadai terhadap anak-anak saat ini.

Apa artinya berparas cantik dan jago merias diri kalau yang ada di dalam kepalanya kosong?

2. Berpikir bahwa memiliki barang mewah adalah kebahagiaan

Ada banyak selebgram yang menampilkan kemewahan duniawi di konten yang mereka buat. Mulai dari smartphone mewah, kendaraan mewah, tempat tinggal mewah, dan tempat berlibur di mana tempat menginapnya di hotel mewah. Semua kemewahan tersebut amat mahal harganya. Konten selebram tersebutlah yang dikonsumsi anak-anak saat ini melalui sosial media seperti Tiktok dan Youtube. Anak-anak menjadi termotivasi untuk melakukan hal-hal yang dapat mendekatkan dirinya kepada kemewahan-kemewahan yang mereka tonton.

Kalau mereka termotivasi dan berupaya meraih kemewahan tersebut dengan cara meningkatkan belajar dan meminta kepada tuhan, tentu menjadi hal yang sangat bagus. Akan tetapi tak jarang anak-anak menjadi menuntut orang tuanya untuk memenuhi "kebutuhan" tersebut. Hal-hal mewah yang amat sulit dicapai menjadikan anak-anak merengek meminta kepada orang tuanya. Para orang tua bukan tak ingin untuk memenuhi kehendak anak-anaknya. Hanya saja memang di negara berkembang seperti Indonesia belum banyak orang yang memiliki keuangan yang kuat cenderung kelas ekonominya menengah ke bawah.

Kalau mau kita lebih luas dalam memandang fenomena ini, rengekan anak-anak yang tidak dipenuhi keinginannya menyebabkan psikis sang anak terganggu. Sehingga tak mudah untuk menemukan kaar bahwa ada anak mengamuk merusakkan properti di rumah sampai mencelakai orang tuanya.

Naudzubillah.

3. Yang berharga dan bernilai hanya yang terlihat

Mungkin ada banyak orang yang menilai bahwa buku adalah hal yang sangat sederhana bahkan secara nilai bukan sesutu hal yang mewah. Padahal, sebagian besar masyarakat kita, kalau mau kita lihat dari minat bacanya yang rendah kemungkinan besar banyak tidak memiliki buku. Apalagi beli buku. Buku secara fisik memang bukan barang yang mewah. Hampir semua selebgram yang memiliki 10 juta followers rasa-rasanya tidak pernah secara serius membuat konten yang menampilkan buku/sedang membaca buku/menarik minat membaca di negara kita.

Konten tentang buku masih tetap ada. Akan tetapi ada berapa konten kreator buku punya followers 1 juta/punya followers 5 juta/punya follower 10 juta bahkan lebih? Jika dibandingkan dengan konten kreator atau selebgram yang kontennya tentang kemewahan tempat dan barang yang dimiliki maka perbandingannya sangat jauh antar mereka.

Padahal buku adalah kemewahan, tidak banyak orang yang memiliki buku. Tidak banyak di negara kita orang yang konsisten membaca buku apalagi menulis. Sehingga memiliki dan membca buku serta menulis adalah hal termewah di dunia ini. Akan tetapi hasilnya memang tidak terlihat secara fisik. Saya sendiri merasakan hal yang sangat bermanfaat ketika membaca sebuah buku. Untuk memberitahukan kepada orang-orang banyak makanya saya membuat tulisan ini.

Tidak semua kemewahan berbentuk fisik. Kekayaan di dalam kepala adalah hal terbaik yang akan manusia amat sukuri apabila menyadarinya.

Anak-anak akan selalu salah. Mereka hanyalah sebuah kertas kosong yang orang tuanya berperan untuk menggoreskan tinta kebaikan kepadanya. Semoga semua orang tua dimampukan melakukan hal tersebut.

Aamiin.

Comments

Popular posts from this blog

KECEWA

Tulisan Pertama

Tulisan Keempat