Bahagia

"Ayah, temenin aku ambil raport besok." Pinta Annasya. Seperti biasa di sela-sela pekerjaan saya melakukan video call dengan keluarga di rumah. Anak perempuan saya minta untuk ditemani mengambil raport di esok hari. Seminggu yang lalu ia diuji. Setelah menjalani semester akhir di bangku kelas dua sekolah dasar, ia akan menerima laporan akhir belajar atau akrab disebut raport. Saya menyanggupi. Saya mulai membereskan pekerjaan di hari tersebut dan meminta ijin untuk pulang sehari ke rumah. Saya katakan kepada atasan bahwa anak saya meminta untuk ditemani mengambil raport. Atasan saya mengijinkan.

Untuk satu hari ijin, saya berangkat di sore hari sebelum hari pengambilan raport dilakukan. Saya dan teman-teman bekerja di salah satu perusahaan konstruksi milik negara. Lumayan jauh dari rumah yang mengharuskan saya tinggal di area kerja, di mes yang sudah disediakan perusahaan. Sebenarnya jarak rumah dan tempat kerja tidak terlalu jauh jika dibandingkan dengan teman-teman yang datang dari luar pulau. Jarak rumah saya dan tempat kerja adalah lebih kurang dua jam waktu tempuh perjalanan menggunakan kendaraan bermotor. Hanya saja tetap menjadi hal yang berat jika dilakukan setiap hari pulang dan pergi.

Sore itu saya melaju menggunakan motor yang saya bawa dari rumah. Selalu spesial ketika sampai di rumah. Anak-anak berebut ingin pertama yang menyambut dengan peluk. Jelas anak saya yang kedua selalu menangis karena kalah cepat dengan ayuknya (panggilan untuk kakak perempuan dalam bahasa Palembang). Saya sampai di rumah pukul 17:37 WIB dan anak-anak beserta bundanya belum mandi. Di tengah momen anak-anak bergembira karena baru saja sampai rumah, saya meminta untuk mereka mandi. Momen sampai rumah adalah hal yang menyenangkan, lelah di jalan banyak berkurang merasakan kehangatan yang diberikan anak-anak.

Di malam hari Annasya bertanya "kira-kira aku bakalan dapet ranking gak, ya Ayah?"

Saya jawab "Mendapat ranking atau tidak, itu sama saja. Ayuk tetap anak ayah, anak yang kalau tersenyum selalu membuat ayah senang dan bangga memiliki ayuk. Ayah senang dan bangga karena ayah tahu bahwa selama ini ayuk rajin belajar dan membaca buku yang ayah belikan. Di jaman sekarang kebiasaan anak-anak belajar dan membaca buku sudah jarang dilakukan. Mereka lebih menyukai main smartphone sampai lupa waktu. Ayuk berbeda karena ayah dan bunda membatasi waktu ayuk bermain smartphone. Jadi ayuk gak perlu khawatir kalau ayuk gak dapet ranking. Cukup pertahankan kebiasaan ayuk belajar dan membaca buku ayah sudah sangat bersyukur."

Esok hari tiba. Pembagian raport akan dilakukan hari ini.

Sudah sejak pagi Annasya antusias mau mengambil raport dan tentu karena ayahnya bersedia menemaninya. Kami berangkat bersama menaiki motor menuju sekolah. Jarak dari rumah menuju sekolah tidak jauh, lebih kurang sekitar 60 meter.

Saya salah sangka. Saya mengira permintaan Annasya untuk ditemani mengambil raport mengharuskan saya ikut dalam serangkaian acara seremonial di sekolahnya. Saya salah. Acara pembagian raport tidak dihadiri orang tua siswa/i. Annasya hanya ingin ayahnya pulang karena dia akan menerima raport di hari itu. Tidak mengharuskan saya mengikuti acara seremonialnya. Setelah sampai di sekolah seperti biasanya Annasya menyalimi saya dan ijin masuk ke dalam sekolah. Saya memutuskan untuk pulang.

"Bunda, ternyata orang tua gak perlu masuk ikut acara seremonial pembagian raport di sekolah, ya?" Saya bertanya ke istri. "Gak perlu, ayah. Cuman kalau ayah mau lihat tetep bisa dari sisi samping sekolah yang gak di kasih pagar. Bisa lihat dari sana. Kita sarapan dulu nanti kita bareng-bareng ke sana." Jawab istri.

Kami sarapan. Setelahnya saya kembali menyalakan motor dan berangkat ke sekolah Annasya. Tentu ditemani istri dan adiknya Annasya. Formasi kami lengkap ke sekolah untuk melihat Annasya menerima raportnya.

Terlihat siswa kelas 1-5 SD tersebut sudah berbaris di lapangan. Kami melihat dari sisi samping sekolah yang belum diberi pagar. Hanya sisi itu saja yang belum diberi pagar. Dari sisi itu ada space kosong yang langsung bisa mengarahkan kami melihat suasana di lapangan. Semua anak-anak menggunakan baju seragam merah putih, padahal hari Jum'at. Khusus untuk acara pembagian raport ini.

"Peringkat ketiga kelas dua... Annasya!" Ibu guru memberikan informasi yang meriah. Semua yang hadir memberikan tepuk tangan yang meriah.

Saya menyelam kembali ke masa lalu. Ketika saya bersekolah di SD Muhammadiyah 34 Cikupa. Ketika masa belajar di semester dua berakhir akan ada seremonial pembagian raport serupa dengan yang sedang dilakukan Annasya saat ini. Hanya saja bedanya adalah tempat saya bersekolah dulu orang tua diundang secara resmi untuk menghadiri acara tersebut. Tersedia panggung yang megah untuk siswa pilihan menunjukkan kemampuannya. Ada yang secara berkelompok menunjukkan seni bela diri tapak suci, ada yang membacakan hapalan surat pendek Al-Qur'an, dan ada yang membacakan puisi. Pada akhirnya akan ada pengumuman 3 peringkat teratas dan siswa/i yang menjadi 3 peringkat teratas akan naik ke atas panggung.

Acara tersebut selalu dihadiri ibu saya karena ayah selalu kerja. Saya selalu menjadi peringkat ketiga dan hanya sekali mendapat peringkat pertama di kelas lima. Saya kurang mengerti pada saat itu letak spesial menjadi siswa/i yang mendapat peringkat tiga teratas. Saya merasa biasa. Pada saat itu yang terpenting pada saat sekolah adalah memiliki teman dan jajan bersama ketika bel istirahat berbunyi. Hanya itu.

Mari kembali ke Annasya.

Saya melihat senyum sumringah dari Annasya yang maju berfoto dengan gurunya walaupun tanpa ada panggung seperti saat saya sekolah dulu. Saya melihat Annasya sangat bahagia. Annasya pada saat kelas satu tidak mendapat ranking, baru di kelas dua ia konsisten mendapat peringkat ketiga setiap semesternya. Di semester pertama dulu, Annasya sudah mengambil libur terlebih dahulu karena menyesuaikan jatah saya cuti. Ketika pembagian raport dilakukan kami telah berlibur ke rumah neneknya, yaitu ibu saya. Sudah beda kabupaten sehingga Annasya tidak bisa menghadiri acara pembagian raport. Annasya mendapat kabar dari temannya melalui video call. Sehingga ini kali pertama Annasya ikut dalam acara pembagian raport. Baru kali ini juga Annasya merasakan apresiasi dari sekolahnya. Ia terlihat bahagia dengan raport dan piagam yang ia dapatkan.

Setelah selesai mendapatkan raport di depan semua murid yang berada di lapangan sekolah, Annasya melihat saya berada di sisi samping sekolah menyaksikan ia menerima penghargaan. Annasya berjalan menuju tempat saya berada, ingin menghampiri saya. Saya melihat ia sangat bahagia. Tampak dari cara ia berjalan sambil menahan senyumnya. Mulutnya melebar dan bergetar. Auranya sangat cerah dan sumringah. Dari jauh sanya melemparkan senyum kepadanya agar ia tidak perlu menahan rasa bahagianya. Ia pun balas senyum saya dengan senyuman yang sangat cantik. Giginya terlihat sama seperti buncahan bunga-bunga yang bermekaran.

Ketika ia sampai kepada saya, Annasya berkata "Ayah, aku dapet ranking tiga!" Dengan senyum yang tidak kunjung hilang.

"Alhamdulillah, selamat ya atas ranking tiganya." Saya menjawab. "Ayuk mau kemana?" saya bertanya.

Annasya menjawab "Mau makan bergizi gratis dulu, ayah."

Comments

Popular posts from this blog

KECEWA

Tulisan Pertama

Tulisan Keempat