KEREN

Wanita gendut, berkulit putih khas Sumatera Selatan adalah pemilik warung depan kantor kami. Hampir sebagian besar dari jumlah seratus orang adalah pelanggan setia warungnya. Ada juga sebagian kecil dari kami ke warung lainnya. Tapi tetap warungnya lah yang kami sukai. Warung tersebut tidaklah mewah, rumah depok dari kayu yang ukurannya mungkin 6X7 m persegi. Di depan separuh bagiannya adalah sebuah ruangan yang muat di tempati lima orang untuk tempat tinggal dan istirahat. Beberapa kali memang disewakan kepada beberapa karyawan sekitar. Separuhnya lagi terdapat meja dan bangku beserta gazebo sederhana unntuk para pembeli menikmati makanan dan minuman yang ia jual.

Sang suami berperawakan kurus dan berkulit gelap. Orang Sumatera Selatan tidak melulu putih bercahaya seperti istrinya. Sang suami juga memiliki suara yang lembut dan pelan, sulit untuk didengar. Untungnya ia murah senyum. Suami tidak bekerja, ia ikut membantu istrinya di warung tersebut. Menurutnya bekerja di salah satu perusahaan sekitar dengan uang yang ia dan istrinya hasilkan lebih banyak dari warung. Ia pernah bekerja di salah satu perusahaan, ia mengeluhkan jam kerja yang dimulai sejak pagi dan pulang lebih sering malam dari pada petang. Sedangkan istrinya kesulitan melayani pembeli apabila seorang diri.

Entah mengapa seorang istri yang berperawakan gendut suaminya cenderung kecil dan kurus. Tapi saya pernah mendengar dari salah seorang ibu-ibu yang saya lupa pernah dengar di mana. Konon ibu-ibu dulunya juga kurus langsing, mereka memasak makanan yang diperkirakan cukup untuk keluarganya di rumah. Ternyata si suami tidak terlalu hobi makan karena suami lebih menyukai kopi dan rokok.  Anak-anak juga begitu, mereka menangis ketika diberikan makan dan menangis lagi ketika tidak diijinkan main atau tidak diberikan uang untuk jajan ciki dan permen. Alhasil ibu-ibu selalu menghabiskan sendiri makanan yang ia masak karena merasa sayang kalau dibuang, padahal porsinya terlampau banyak.

Warung yang kami sukai ini begitu sederhana, jualannya hanya kopi saset yang bisa diseduh di tempat. Kopi hitam asli hasil panen daerah sana, juga bisa diseduh di sana. Aneka macam mie instan. Roti-roti 2000an, perlengkapan mandi, dan Nasi dengan lauk telur dadar atau ceplok, dan beberapa perlengkapan mandi. Ini warung biasa, warung warga, begitu sederhana tapi kami suka. Sebenarnya yang membuat nyaman warung tersebut tak lain tak bukan adalah kami bisa ngutang. Akhir bulan akan kami bayar hutang itu dan membuka kembali catatan hutang yang baru. Selalu begitu rutinitas kami di warung ketika waktu gajian tiba.

Selain itu pelayanan dari pemilik dan suaminya sama-sama baik. Sederhana tanpa ada yang dilebih-lebihkan. Mereka nampak menyadari untuk tidak terlalu berbaur dengan kami karena kami akan merasa terganggu. Atau, mungkin memang mereka melakukannya tanpa sadar dan memang pembawaan asli dari mereka. Terlepas dari apapun itu, yang jelas kami nyaman di warung istri dan suami tersebut.

Ada beberapa warung lain, hanya saja ada yang tempatnya kurang nyaman, ada yang pemiliknya cerewet yang tanpa ia sadari itu mengganggu, dan ada yang doyan menaikkan harga dengan memasang wajah yang tidak bersahabat. Kami tetap ke sini ketika di warung kesukaan kami tidak menyediakan atau sedang tidak tersedia karena habis, barang atau makanan yang ingin kami beli.

Seperti warung pada umumnya, banyak dari kami pagi-pagi ngopi terlebih dahulu di warung tersebut sebelum melakukan pekerjaan. Ada banyak pembicaraan di sana. Jujur saya kurang menyukai pekerja yang duduk bergerombol ternyata sedang nyepin. Mereka sangat menikmati kehilangan uang. Begitu seru mata mereka mengharapkan pemandangan kemenangan. Padahal mulut mereka yang selalu bereaksi dengan mengatakan umpatan-umpatan ketika kekalahan yang mereka alami. Sebenarnya ingin sekali meneriaki mereka "Pejabat yang diisukan tititnya buntung lebih baik daripada kalian yang berjudi."

Tidak melulu mereka yang berada di warung selalu melakukan hal negatif di sana. Ada obrolan-obrolan lain para pekerja yang menyenangkan, menegangkan, dan mengejutkan. Seperti obrolan berbagi informasi mengenai THR (Tunjangan Hari Raya) dan akan digunakan untuk apa uangnya adalah hal yang menyenangkan. Ada juga obrolan isu politik dalam dan luar negeri. Ini menegangkan karena debat dua pihak yang berselisih mengenai politik sangatlah seru. Membicarakan isu politikus yang terjerat kasus korupsi, isu mengenai tambang, isu mengenai prestasi timnas dan banyak isu yang dibahas serta didebat. Konon Presiden pertama kita, yaitu Ir. Soekarno lebih menyukai perkumpulan di meja yang memperdebatkan negara untuk kemajuan daripada kutu buku yang selalu membaca buku. Kalau tidak salah.

Warung ini mungkin akan menjadi kenangan indah untuk kami pekerja. Pasalnya pekerja perusahaan konstruksi seperti kami tidak akan menetap di daerah tersebut. Kami hanya menetap selama proyek yang kami kerjakan berjalan. Begitu proyek telah usai, proses serah terima produk yang telah kami selesaikan dengan klien telah dilakukan, maka kami akan pulang. Berpamitan dan meninggalkan makanan maupun minuman yang masuk ke lambung kami di saat kami berada di sana. Warung yang sederhana tapi menyenangkan.

Istri yang gendut dan suami yang kurus. Istri yang berkulit putih Sumatera Selatan dan suami yang berkulit gelap. Mereka yang sama-sama baik hati.

Terimakasih banyak.

Comments

Popular posts from this blog

KECEWA

Tulisan Pertama

Tulisan Keempat